Tips mencintai Hari Senin ( I Love Monday )
Hari Senin sering seringkali dilukiskan sebagai hari yang panjang, melelahkan, dan tidak menyenangkan. Senin identik dengan hari pertama di minggu yang baru dengan berangkat pagi, dengan tugas yang menumpuk di pekan sebelumnya, dan dengan aneka problema serta tantangan baru di kantor/tempat kerja. Pola pikir seperti ini terbentuk selama bertahun-tahun sejak kita sekolah, di mana Sabtu adalah malam liburan, Minggu adalah hari berlibur, dan Senin “terpaksa” harus bersekolah/bekerja lagi setelah sebelumnya kita dimanjakan dengan liburan. Oleh karena itu biasanya, orang-orang terutama Pekerja kantoran ataupun pelajar merasa berat untuk menjalani hari- harinya di hari senin karna liburan akhir pekannya telah usai dan harus kembali beraktifitas lagi di Hari senin
Mungkin sering kita temui di Facebook , Twitter dan
jejaring sosial lainnya sebagian orang setiap hari jumat selalu update status
"Thank God It's Friday" yang sesungguhnya juga semakin
mengukuhkan paradigma orang-orang yang membenci hari Senin.
"Thank God It's Friday" atau lebih dikenal
dengan singkatan TGIF adalah inisial untuk frase "Terima kasih Tuhan (atau
Kebaikan) Ini Jumat", dengan maksud untuk merayakan hari terakhir dari
minggu kerja / sekolah sebelum akhir pekan. Ini menggambarkan bahwa orang-orang sangat
senang karna akan menjumpai Akhir pekan mereka di hari esok ( Tentunya bagi
pekerja yang jam kantornya senin-jumat).
Ada Seorang ibu yang menulis surat dalam rubrik konsultasi sebuah
media ternama. Ia mengatakan bahwa ia selalu merasa galau setiap Senin pagi.
Tekanan darahnya meningkat, perut mual, kepala pusing, dan penglihatan
berkunang-kunang. Bahkan, untuk masuk ruang kerjanya saja ia harus minta
bantuan anaknya untuk mengantarkan sampai ke tempat duduknya. Di hari Senin ia
bekerja dengan lambat dan hasilnya sering kurang akurat. Anehnya, setelah Senin
berlalu kondisi ibu ini kembali normal.
Apakah Anda punya pengalaman seperti ini di hari Senin?
Bila iya, Anda sesungguhnya tidak sendiri. Nah di amerika ada sebuah survey
yang bernama “Monday Morning Blues” hasil survey menunjukkan bahwa 1 dari 3
orang membenci hari Senin lebih dari hari apapun. Survey ini juga menunjukkan
bahwa rata-rata orang mengeluh selama 34 menit di hari Senin dibandingkan
dengan keluhan di hari kerja lain yang rata-rata “hanya” mencapai 22 menit.
Yang menarik dari hasil survey diatas kita menemukan bahwa “Monday
Morning Blues” sesungguhnya hanyalah sebuah gejala, dan sebuah sinyal yang
sangat kuat bahwa kita tidak menikmati pekerjaan kita. Akar dari masalah ini
adalah cara pandang yang salah mengenai bekerja. coba jawab dalam hati anda
masing-masing bagamana pandangan kalian terhadap terhadap pekerjaan yang kalian geluti saat ini?
Apakah anda merasa nyaman atau merasa tertekan, apakah anda mencintainya atau
hanya menganggap pekerjaan itu sebagai rutinitas agar dapat memperoleh penghasilan?
Tentu, yang mengetahu jawabannya yaitu anda sendiri.
Paradigma
Tentang Cara Kita Memandang Pekerjaan
“Jika
selama ini kita memandang bekerja sebagai salah suatu “kewajiban” (yang mana
kewajiban ini biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang terpaksa, yang kurang
disukai, yang melelahkan), maka selamanya kita akan memandang negatif pekerjaan
kita (dan akhirnya membenci atau cepat bosan dalam bekerja). ”
Bagaimana Anda
melihat pekerjaan Anda saat ini? Apakah Anda melihatnya hanya sebagai setumpuk
tugas (job)? Sebuah karier (career)? Atau sebuah panggilan (calling)? Kalau kita
memandang pekerjaan sebagai Job maka
inilah yang membuat kita sering galau menghadapi hari senin. Kalaupun paraidgma
kita memandang pekerjaan sebagai Career maka anda hanyalah akan menghasilkan
kesuksesan, bukan kebahagiaan. Karena paradigam career ini anda berperan sebagai
sutradar sekaligus pemain Anda mempunyai mimpi untuk diwujudkan. Anda
“mengejar” sesuatu, bukan “dikejar” oleh sesuatu sama seperti paradigma
pertama. Bagi anda yang memandang pekerja sebagai sebuah panggilan (calling),
disinilh anda akan menemukan kebahagiaan Disini Anda sedang menjalankan
skenario alam semesta, atau lebih tepatnya: Skenario Tuhan.
“ Makna dari bekerja itu adalah : Bekerja =
Ibadah “
bekerja itu jika kita sikapi dengan cara yang benar
adalah ibadah. Bukankah Tuhan mencintai hamba-hamba-Nya yang bertebaran di muka
Bumi untuk mencari nafkah? Bukankah mencari penghidupan untuk diri sendiri dan
keluarga itu ibadah? Bukankah menuntut ilmu itu ibadah (dan mendapatkan pahala)
? Tuhan telah mengutus setiap manusi
dibumi ini sebagai khalifah, bukan cuman nabi dan rasul saja yang diutus tuhan
untuk mengemban tugas suci tapi pada hakekatnya semua manusia diciptakan dengan
sebuah misi suci yaitu untuk melayani sesama manusia.
Ketika kita lahir ke dunia Tuhan sesungguhnya sudah
menyiapkan bingkisan yang begitu indah yang disebut dengan calling (panggilan).
Kita dikirim ke dunia ini dengan satu maksud, namun berbeda dengan Nabi dan
Rasul, Tuhan meminta kita sendiri untuk menemukan apa misi suci itu dan
mewujudkannya dalam pekerjaan kita. Sayangnya ada banyak orang yang tidak
pernah membuka hadiah terindah ini sampai akhir hayatnya. Mereka bahkan tidak
pernah tahu mengapa mereka diciptakan.
Padahal hanya dengan menyadari hal inilah kita akan
memiliki semangat yang tak pernah padam di tempat kerja. Bekerja sejatinya
adalah alasan kita berada di dunia ini. Kesadaran ini akan membuat hidup kita
bahagia dan bermakna. Kesadaran seperti ini akan melahirkan spiritualitas dan
militansi di tempat kerja. Ini akan membuat kita berangkat kerja dengan gembira
dan bekerja dengan penuh cinta. Orang yang seperti ini tak akan sabar menunggu
hari Senin datang karena ia ingin segera bekerja untuk mengisi jiwanya yang
haus akan makna dan kontribusi. Lebih jauh lagi, mereka sadar bahwa bekerja
sesungguhnya adalah jalan terindah menuju Surga. Amin
Tips mencintai Hari Senin ( I Love Monday )
Reviewed by Dani
on
10:49:00
Rating: